Denias : Film Bermutu Indonesia
| 19.24 |
Denias : Film Bermutu Indonesia
Film  ini adalah kisah nyata. Film ini menceritakan seorang anak dari suku  pedalaman Papua yang bernama Denias (Albert Fakdawer ) yang sangat  termotivasi untuk sekolah karena sebuah alasan sepele :ibunya mengatakan  bahwa gunung takut dengan anak sekolah. Sebenernya ia juga mendapatkan  motivasi untuk bersekolah dari bapak gurunya di sekolah darurat (Matias Mucus),  dan dari seorang tentara yang dipanggil Maleo (Ari Sihasale). Ia sedang  bertugas di dekat desa Denias. Pada suatu hari Pak guru harus pulang ke  jawa karena istrinya sakit. Tugas mengajar akhirnya digantikan oleh  Maleo. Tapi pada suatu hari sekolah darurat mereka yang hanya sebuah  gubuk ternyata rubuh akibat gempa. Tak lama kemudian Maleo pun dipindah  tugaskan. Akhirnya Denias tidak bisa bersekolah. Tapi itu tak  menyurutkan semangat Denias untuk bersekoalah. Kemudian Denias pun nekat  kabur dari rumah menempuh 4 hari perjalanan untuk pergi ke kota mencari  sebuah sekolah. Akhirnya ia sampai di komplek PT Freeport Indonesia.  Setelah berjuang mati-matian Deniaspun bisa diterima dan bersekolah  disana
Saya  sangat suka film ini. Menurut saya film ini adalah salah satu film  Indonesia yang bermutu terutama dari segi tema, tidak seperti film-film  Indonesia pada umunya yang bertemakan percintaan dan horor. Sebenarnya  film ini berisi kritik sosial terhadap dunia pendidikan Indonesia. Masih  banyak anak-anak Indonesia yang susah atau bahkan belum bisa menikmati  pendidikan. Denias adalah salah satu potretnya saja. Di film ini juga  kita bisa melihat keindahan alam Papua. Anda akan terpesona melihat  hamparan bukit dan pegunungan hijau yang biasa hanya bisa kita lihat di  gambar anak-anak SD. Setelah nonton film ini saya sendiri jadi  bercita-cita ingin pergi Papua suatu hari nanti.
Ada  satu hal yang sangat menyentuh saya di film ini. Film ini menceritakan  bagaimana seorang Denias, yang sebenernya tidak mengerti pentingnya  sebuah pendidikan, berusaha mati-matian untuk bisa bersekolah. Bayangkan,  untuk bisa menemukan sebuah sekolah, ia harus menempuh 4 hari  perjalanan. Ketika sampai disanapun ia harus tahan dijahili oleh  teman-temannya. Tapi ternyata ia tetap bertahan walaupun ia sempat putus  asa. Saya serasa ”ditampar” ketika menonton film ini. Saat ini keadaan  saya jauh lebih baik dari Denias. Saya sedang bersekolah di universitas  yang cukup baik, semua fasilitas yang saya butuhkan semua bisa saya  dapat, yah, keadaan saya jauh lebih baik dari Denias. Tapi ternyata  terkadang kuliah pagi saja saya malas-malasan. Saya jadi merasa malu  dengan diri sendiri. Seharusnya saya bisa berbuat hal yang jauh lebih  baik dari yang selama ini telah saya lakukan. Saya jadi merasa hidup  saya penuh dengan kesempatan. Apa jadinya jika saya bertukar posisi  dengan Denias? Pasti Denias akan menjadi mahasiswa teladan sekampus,  sementara saya mungkin hanya akan terus di kampung berburu kukang dan  tidak akan mau pergi menempuh 4 hari perjalanan ”hanya” untuk menemukan  sebuah sekolah yang belum tentu saya bisa bersekolah disana.
Di  film ini juga terdapat adegan romantisnya. Seorang anak perempuan di  sekolah Denias sangat baik kepada Denias. Akhirnya iapun menjadi teman  dekar Denias. Tokoh anak perempuan tersebut diperankan oleh Pevita . Nih  saya kasih fotonya, hati-hati bagi pengidap phedofilia. :p
Intinya film ini sangat saya rekomendasikan untuk ditonton. Jika anda  pelajar, mahasiswa, guru, dosen, atau siapapun yang peduli dengan  pendidikan di Indonesia sebaiknya anda menonton film ini. Film ini juga  sangat menginspirasi saya. Saya seakan mendapat ”energi baru” untuk  menjalani kehidupan saya. Bahkan saya hampir nangis menontonnya. Jika  saya punya lima jempol saya beri nilai film ini lima jempol. Makasih  buat Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen yang telah berinisiatif memproduksi  film ini.






0 komentar:
Posting Komentar