Denias : Film Bermutu Indonesia
Denias : Film Bermutu Indonesia
Film ini adalah kisah nyata. Film ini menceritakan seorang anak dari suku pedalaman Papua yang bernama Denias (Albert Fakdawer ) yang sangat termotivasi untuk sekolah karena sebuah alasan sepele :ibunya mengatakan bahwa gunung takut dengan anak sekolah. Sebenernya ia juga mendapatkan motivasi untuk bersekolah dari bapak gurunya di sekolah darurat (Matias Mucus), dan dari seorang tentara yang dipanggil Maleo (Ari Sihasale). Ia sedang bertugas di dekat desa Denias. Pada suatu hari Pak guru harus pulang ke jawa karena istrinya sakit. Tugas mengajar akhirnya digantikan oleh Maleo. Tapi pada suatu hari sekolah darurat mereka yang hanya sebuah gubuk ternyata rubuh akibat gempa. Tak lama kemudian Maleo pun dipindah tugaskan. Akhirnya Denias tidak bisa bersekolah. Tapi itu tak menyurutkan semangat Denias untuk bersekoalah. Kemudian Denias pun nekat kabur dari rumah menempuh 4 hari perjalanan untuk pergi ke kota mencari sebuah sekolah. Akhirnya ia sampai di komplek PT Freeport Indonesia. Setelah berjuang mati-matian Deniaspun bisa diterima dan bersekolah disana
Saya sangat suka film ini. Menurut saya film ini adalah salah satu film Indonesia yang bermutu terutama dari segi tema, tidak seperti film-film Indonesia pada umunya yang bertemakan percintaan dan horor. Sebenarnya film ini berisi kritik sosial terhadap dunia pendidikan Indonesia. Masih banyak anak-anak Indonesia yang susah atau bahkan belum bisa menikmati pendidikan. Denias adalah salah satu potretnya saja. Di film ini juga kita bisa melihat keindahan alam Papua. Anda akan terpesona melihat hamparan bukit dan pegunungan hijau yang biasa hanya bisa kita lihat di gambar anak-anak SD. Setelah nonton film ini saya sendiri jadi bercita-cita ingin pergi Papua suatu hari nanti.
Ada satu hal yang sangat menyentuh saya di film ini. Film ini menceritakan bagaimana seorang Denias, yang sebenernya tidak mengerti pentingnya sebuah pendidikan, berusaha mati-matian untuk bisa bersekolah. Bayangkan, untuk bisa menemukan sebuah sekolah, ia harus menempuh 4 hari perjalanan. Ketika sampai disanapun ia harus tahan dijahili oleh teman-temannya. Tapi ternyata ia tetap bertahan walaupun ia sempat putus asa. Saya serasa ”ditampar” ketika menonton film ini. Saat ini keadaan saya jauh lebih baik dari Denias. Saya sedang bersekolah di universitas yang cukup baik, semua fasilitas yang saya butuhkan semua bisa saya dapat, yah, keadaan saya jauh lebih baik dari Denias. Tapi ternyata terkadang kuliah pagi saja saya malas-malasan. Saya jadi merasa malu dengan diri sendiri. Seharusnya saya bisa berbuat hal yang jauh lebih baik dari yang selama ini telah saya lakukan. Saya jadi merasa hidup saya penuh dengan kesempatan. Apa jadinya jika saya bertukar posisi dengan Denias? Pasti Denias akan menjadi mahasiswa teladan sekampus, sementara saya mungkin hanya akan terus di kampung berburu kukang dan tidak akan mau pergi menempuh 4 hari perjalanan ”hanya” untuk menemukan sebuah sekolah yang belum tentu saya bisa bersekolah disana.
Di film ini juga terdapat adegan romantisnya. Seorang anak perempuan di sekolah Denias sangat baik kepada Denias. Akhirnya iapun menjadi teman dekar Denias. Tokoh anak perempuan tersebut diperankan oleh Pevita . Nih saya kasih fotonya, hati-hati bagi pengidap phedofilia. :p
Intinya film ini sangat saya rekomendasikan untuk ditonton. Jika anda pelajar, mahasiswa, guru, dosen, atau siapapun yang peduli dengan pendidikan di Indonesia sebaiknya anda menonton film ini. Film ini juga sangat menginspirasi saya. Saya seakan mendapat ”energi baru” untuk menjalani kehidupan saya. Bahkan saya hampir nangis menontonnya. Jika saya punya lima jempol saya beri nilai film ini lima jempol. Makasih buat Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen yang telah berinisiatif memproduksi film ini.