Keramaian Pasar Tumpah Jalan Juanda

shares |



Depok, Faktapos.com - Saat ini hampir semua tempat baik troatoar atau jalan yang digunakan masyarakat untuk berkumpul melakukan olahraga seperti jogging atau jalan santai banyak digunakan sebagian orang untuk mengais rejeki menjajakan dagangan. Biasanya para pedagang tersebut menggelar dagangannya pada hari Minggu atau libur. Karena pada hari itulah hampir semua orang keluar rumah untuk sekedar refresing atau olahraga.

Satu diantaranya adalah jalan atau trotoar yang kerap dijadikan sebagai tempat dagangan dadakan adalah Jalan Juanda atau Jalan Baru Gas Alam Depok. Di Jalan tembusan Cisalak-Margonda sepanjang kurang lebih 2 kilometer ini hampir setiap Minggu dipenuhi pedagang. Ada sekitar ribuan pedagang yang berlomba mengis rejaki dengan menjajakan beraneka macam keperluan sehari-hari.

Diantara dagangan yang bisa ditemui disini adalah pakaian. Berbagai macam aneka pakaian bisa ditemui seperti pakaian anak-anak-dewasa, resmi dan santai . Selain itu, perlengkapan dapur juga tersedia dengan lengkap seperti panci, gelas, penggorengan dan kitchen set.

Uniknya lagi, disini juga bisa ditemui penjualan atau kredit otomotif seperti motor atau mobil. Sembako yang diperlukan masyarakat juga ditemui. Tidak itu saja, pedagang ikan basah juga menyempatkan menggelar dagangannya diantara para pedagang pakaian. Pedagang ikan ini menjajakan dagangannya dengan sepeda motor yang dimodifikasi dibagian belakangnya.   

Tidak itu saja, sepeda angin yang saat ini sedang booming di masyarakat juga bisa ditemui. Pedagang sepeda ini mamerkan produknya menggunakan mobil bak terbuka. Selain itu tersedia juga berbagai macam parfum yang dijual dengan harga murah. Bagi yang suka dengan berbagai macam makanan, disini juga tersedia berbagai macam kuliner nasi uduk, gudeg, lontong sayur, soto, bubur ayam, dan aneka jajanan lainnya.

Pokoknya semua keperluan sehari-hari bisa ditemui disini dengan sangat mudah. Harga yang dipatok pun bermacam-macam dari puluhan hingga ratusan ribu. Yang tertarik untuk membeli gesper atau ikat pinggang kulit bisa dibeli dengan harga Rp 35 ribu. Kemeja batik dari harga Rp 40-Rp 75 ribu. Celana kolor batik panjang Rp 20 ribu. Sepatu Plyaboy dilepas dengan harga Rp 250 ribu.

Karena pedagang tersebut hampir menyita semua trotoar dan badan jalan maka di jalan ini hampir setiap Minggu selalu macet. Oleh karena itu jika membawa kendaraan roda empat, lebih baik cari parkir yang aman. Setelah itu barulah jalan kaki sambil melihat-lihat berbagai macam keperluan.

Sejak krisis moneter (krismon) tahun 1997, Jalan Juanda yang strukturnya tanahnya naik turun ini berubah menjadi pasar tumpah setiap hari Minggu. Pengertian pasar tumpah sama dengan pasar kaget, di mana para pedagang bisa berjualan pada hari-hari tertentu, tanpa harus menyewa lapak segala.

Walaupun berbelanja di pasar tumpah tapi pembeli harus pintar menawar harga benda yang ditaksirnya. Sebab, selain ada pedagang yang memang menjual produknya dengan harga biasa-biasa saja, tapi juga ada yang mencari untung 'kebangetan' dengan menaikkan harga jualnya yang cukup tinggi. Bahkan ada diantaranya pedagang yang enggan untuk ditawar harga benda atau barang yang dijualnya.

"Itu sudah harga pas. Modalnya saja tidak cukup,” kata salah satu perempuan pedagang sepatu.

Perempuan paruh baya tersebut menjual berbagai macam sepatu baik yang resmi atau santai. Sepatu tersebut didapatnya dari produsen di Bandung, Jawa Barat. Perempuan tersebut menjual sepatu merk Playboy dengan harga Rp 250 ribu. Sementara sepatu merk Kickers dijual dengan harga Rp 175 ribu. Harga sepatu tersebut tidak bisa ditawar lagi karena keuntungannya yang didapatnya sangat tipis.

Selain bisa menemui berbagai macam pedangang. Di Jalan Juanda ini juga bisa menemui berbagai macam komunitas yang berkumpul untuk sekedar kopi darat atau menggelar kegiatan. Seperti yang dilakukan Deric (Depok Reptil-Amphibi Community), komunitas pencinta binatang melata sedang melakukan kegiatan berupa penggalangan dana untuk anak yatim-piatu yang berada di Panti Asuhan Cipayung Jakarta Timur.

“Dua kali sebulan kita memang menggalang dana di Jalan Juanda,” kata Andri, Ketua Deric.

Adanya berbagai macam pedagang dan komunitas di Jalan Juanda memang menjadi bukti kearifan local yang dilakukan Pemkot Depok. Bisa jadi pemerintah Kodya Depok memberikan angin mengenai keberadaan para pedagang ini lantaran mereka semakin tersingkir. Mau sewa di mal mahal kali harganya. Sedangkan produk yang mereka jual adalah produk yang segmented-nya orang kecil.

Di sisi lain, semakin banyaknya bermunculan pasar kaget atau pasar tumpah ini merupakan refleksi atas ketimpangan sosial yang tengah terjadi di masyakat. Apalagi para kapitalis semakin melebarkan sayap usahanya secara serampangan di berbagai sudut-sudut wilayah kota. Semoga saja, banyaknya pedagang di pasar tumpah ini menjadi kemandirian ekonomi para masyarakat kecil. (far/nov)

Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar